BEKASI. guecikarang.co.id – Dalam rangka memberikan edukasi serta membangun kesadaran masyarakat terhadap penanganan sampah, khususnya sampah rumah tangga, dengan membangun sinergi antara pendekatan keagamaan dan kesadaran lingkungan, Sekretariat Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKNPSL) menggelar workshop Gerakan Sedekah Sampah Indonesia (Gradasi).
Mengusung tema Potensi Sampah sebagai Penggerak Ekonomi dan Pemberdayaan Umat, gelaran workshop tersebut diadakan di Masjid Baitul Makmur, di Perumahan Telaga Sakinah, Desa Telaga Murni, Kecamatan Cikarang Barat, Minggu (21/11/2021).
Acara yang dihadiri Hayu Susilo Prabowo Direktur LPLH MUI, Nofrizal Tahar Direktur Pengelolaan Sampah KLHK RI, Wilda Yanti Wilda Yanti sebagai Pendiri Xaviera Global Synergy yang juga menjabat sebagai ketua umum Bank Sampah Indonesia, Karyanto Wibowo selaku Director of Sustainable Development of Danone Indonesia, serta beberapa pembicara lainnya.
Ahmad Bahri Rambe dari Sekretariat TKN PSL mengatakan, melalui gerakan sedekah sampah diharapkan mampu memberikan kesadaran masyarakat dan pengetahuan baru dalam memanfaatkan sampah dilingkungannya, sehingga bisa membantu perekonomian dan lingkungan yang bersih.
“Melalui sedekah sampah, masyarakat dapat bersedekah dengan memberikan sampah yang ada di rumah dan di sekitarnya. Program ini dapat membantu mencapai dua hal penting bagi pemerintah dan masyarakat. Selain itu, program ini juga dapat mewujudkan lingkungan yang bersih dan membantu perekonomian sesama masyarakat.” jelas Ahmad Bahri Rambe.
menurutnya saat ini, pendekatan keagamaan sangat penting, karena selain meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan, pendekatan keagamaan juga dapat mengedukasi dan memberi contoh baik untuk mengelola sampah sesuai dengan syariat terhadap fatwa tentang kebersihan.
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengatasi permasalahan sampah plastik di laut. Hal ini terbukti dengan diterbitkannya Peraturan Presiden No. 83/2018 tentang Penanganan Sampah Laut, dimana didalamnya terdapat target penanganan sampah plastik di laut sebesar 70% pada tahun 2025.
Melalui Perpres ini, dibentuk pula Tim Koordinasi Nasional Penanganan Sampah Laut (TKN PSL) dan Rencana Aksi Nasional Penanganan Sampah Laut (RAN PSL) yang memberikan arahan-arahan strategis bagi kementerian/lembaga untuk menangani permasalahan sampah laut.
Selain itu, acara workshop ini juga merupakan pengembangan dan upaya untuk menyebarluaskan Gerakan Sedekah Sampah Indonesia yang sudah ada 6 Masjid Penggerak yaitu Masjid Baitul MakMur di Bekasi, Masjid Raya Bintaro Jaya di Tangerang, Masjid Az-Zikra di Bogor, Masjid Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Jakarta, Masjid Al-Muharram di Yogyakarta, dan Masjid An-Nazhofah di Jakarta.
“Dari keenam masjid tersebut, tercatat sudah lebih dari 14,1 ton sampah yang tertangani dan terkumpul dari gerakan sedekah sampah ini” ungkap Ahmad Bahri Rambe.
Kegiatan tersebut disambut dengan baik oleh Novrizal Tahar, Direktur Pengelolaan Sampah KLHK. Ia mengatakan, pendekatan secara keagamaan melalui gerakan sedekah sampah di Masjid, bisa jadi peradaban baru bagi kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah dirumah.
“Saya berharap masjid dapat menjadi pusat perubahan perilaku. Memilah sampah dari rumah harus menjadi sebuah kesadaran, dimana kemudian gerakan sedekah sampah dapat berjalan,” ujar Novrizal.
Sedangkan Wilda Yanti selaku pendiri Pendiri Xaviera Global Synergy mengatakan, pendekatan secara keagamaan jauh lebih efektip dibandingkan secara sosial dan ekonomi.
“Bayangkan, selama ini masyarakat yang saya temui di tingkat RT dan RW itu mengaku membuang sampahnya di aliran kali, jadi kalau diberi edukasi dan pemahaman sedekah sampah ini, saya yakin ini bisa mengurangi jumlah sampah di lingkungan mereka” jelas Wilda.
Karyanto Wibowo selaku Director of Sustainable Development of Danone Indonesia menyampaikan bahwa penanganan sampah tidak bisa dilakukan tanpa melibatkan beberapa pihak, dibutuhkan kerjasama antar stakeholder yang ada pada masyarakat.
“penyelesaian sampah tidak dapat dilakukan oleh salah satu pihak saja, melainkan dibutuhkan kolaborasi antar stakeholder” dalam pemaparannya terkait pentingnya kemitraan dalam membangun kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah.
Gerakan ini pun mendapatkan banyak respon positif dari masyarakat sekitar, dan juga mulai banyak masjid-masjid lain yang tertarik untuk mengadaptasi gerakan tersebut yang memiliki banyak manfaat.
“Saya pribadi merasa termotivasi untuk melakukan sedekah sampah. Selain memiliki nilai untuk dijual, ternyata sampah juga memiliki manfaat untuk beramal.” ujar Zuhri, salah satu warga sekitar Masjid Baitul Makmur.
(Ipang)